Kata-kata bijak Lisfer
1. Jangan paksakan hati seseorang untuk mencintaimu tapi paksakanlah hatimu untuk mencintai orang yang mencintaimu dengan tulus.
2. Ajarkanlah semua ilmu yang kamu miliki kepada siapapun yang memintanya! Karena dengan demikian ilmu yang kamu miliki akan bertambah dan semakin banyak.
Jadi, jangan pelit untuk membagi-bagi ilmu yamg kamu miliki!
2. Ajarkanlah semua ilmu yang kamu miliki kepada siapapun yang memintanya! Karena dengan demikian ilmu yang kamu miliki akan bertambah dan semakin banyak.
Jadi, jangan pelit untuk membagi-bagi ilmu yamg kamu miliki!
Teacher's Day
Selamat hari guru yang ke 67 buat seluruh guru yang ada di Indonesia!
Kita sama-sama tahu bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, artinya adalah bahwa guru itu bekerja untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Mereka bangga bila para murid yang mereka ajari bisa menjadi orang-orang yang berguna bagi bangsa maupun keluarga mereka. Guru-guru tidak mengharapkan apapun dari para murid yang mereka ajari.
Di hari guru yang kita peringati setiap tanggal 25 Nopember setiap tahunnya, para guru hanya mendapatkan ucapan selamat dari para murid. Akan tetapi, pernahkah pemerintah memikirkan nasib para guru yang sangat memprihatinkan. mungkin para guru yang bersatatus sebagai PNS sudah bisa dikatakan mendekati sejahtera. Pemerintah mungkin sudah mengeluarkan program sertifikasi untuk membantu kesejahteraan para guru. Itu semua hanya teori belaka, karena kenyataan di lapangan masih banyak guru yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Padahal, tanpa seorang guru sebuah bangsa tidak akan menjadi besar. Apalagi kalau kita melihat guru-guru di sekolah swasta, nasib mereka sangat memprihatinkan. Untuk mendapatkan hal yang menjadi hak para guru saja sangat susah. Bahkan pihak yayasan pemilik sekolah tidak pernah mau melihat guru-guru mereka sejahtera. Bahkan mereka terkadang iri melihat guru-guru mereka mendapatkan sedikit bantuan dari pemerintah sehingga untuk mengurus administrasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan tunjangan itu, para guru sering dipersulit oleh pihak yayasan dengan cara membuat 1001 alasan yagn tidak masuk akal.
Alangkah baiknya, jika pada hari guru yang kita peringati pada tahun ini pemerintah lebih memperhatikan nasib guru-guru terutama di sekolah-sekolah swasta. Guru-guru berharap pemerintah mau mengeluarkan sebuah undang-undang yang berfungsi untuk mengatur kesejahteraan para guru di Indonesia. Kalau perlu memberikan sangsi tegas kepada pihak yayasan yang mempersulit guru-guru untuk mendapatkan kesejahteraan. Para guru berharap pada ulang tahun guru yang ke 68 tahun depan, tidak ditemukan lagi guru-guru yang nasibnya sangat memprihatinkan. Bahkan gaji guru-guru di sekolah swasta jauh lebih kecil dari gaji seorang pengumpul barang bekas (maaf, bukan maksud menghina). Padahal beban pikiran seorang guru sangat besar di samping undang-undang yang mempersulit ruang gerak seorang guru.
Profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia karena memanusiakan seorang manusia. Bahkan memiliki tanggung jawab moral yang sangat berat untuk menciptakan manusia yang bermoral baik. Pada hari-hari ini, manusia semakin jahat sehingga banyak pihak yang selalu mempersalahkan guru apabila murid-murid yang mereka ajari sangat tidak bermoral. Padahal, di samping ingin mendidik anak-anak bangsa mereka juga harus memikirkan kesejahteraan mereka. Apabila mereka sudah mendapatkan kesejahteraan, mereka pasti akan dapat lebih fokus lagi untuk memajukan anak didik mereka dan membuat mereka menjadi penerus bangsa yang bermoral baik.
Akhirnya, guru-guru hanya mengharapkan supaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan guru-guru terutama guru swasta. Lihat saja di negara-negara maju, seorang guru memiliki penghasilan setingkat menteri karena mereka menyadari bahwa gurulah yang menjadikan bangsa itu maju.
Dirgahayu guruku.....................
Tetaplah berjuang untuk bangsa ini sehingga mengahasilkan pemimpin-pemimpin bangsa yang memikirkan nasib para guru ke depannya.
Kita sama-sama tahu bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, artinya adalah bahwa guru itu bekerja untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Mereka bangga bila para murid yang mereka ajari bisa menjadi orang-orang yang berguna bagi bangsa maupun keluarga mereka. Guru-guru tidak mengharapkan apapun dari para murid yang mereka ajari.
Di hari guru yang kita peringati setiap tanggal 25 Nopember setiap tahunnya, para guru hanya mendapatkan ucapan selamat dari para murid. Akan tetapi, pernahkah pemerintah memikirkan nasib para guru yang sangat memprihatinkan. mungkin para guru yang bersatatus sebagai PNS sudah bisa dikatakan mendekati sejahtera. Pemerintah mungkin sudah mengeluarkan program sertifikasi untuk membantu kesejahteraan para guru. Itu semua hanya teori belaka, karena kenyataan di lapangan masih banyak guru yang kehidupannya sangat memprihatinkan. Padahal, tanpa seorang guru sebuah bangsa tidak akan menjadi besar. Apalagi kalau kita melihat guru-guru di sekolah swasta, nasib mereka sangat memprihatinkan. Untuk mendapatkan hal yang menjadi hak para guru saja sangat susah. Bahkan pihak yayasan pemilik sekolah tidak pernah mau melihat guru-guru mereka sejahtera. Bahkan mereka terkadang iri melihat guru-guru mereka mendapatkan sedikit bantuan dari pemerintah sehingga untuk mengurus administrasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan tunjangan itu, para guru sering dipersulit oleh pihak yayasan dengan cara membuat 1001 alasan yagn tidak masuk akal.
Alangkah baiknya, jika pada hari guru yang kita peringati pada tahun ini pemerintah lebih memperhatikan nasib guru-guru terutama di sekolah-sekolah swasta. Guru-guru berharap pemerintah mau mengeluarkan sebuah undang-undang yang berfungsi untuk mengatur kesejahteraan para guru di Indonesia. Kalau perlu memberikan sangsi tegas kepada pihak yayasan yang mempersulit guru-guru untuk mendapatkan kesejahteraan. Para guru berharap pada ulang tahun guru yang ke 68 tahun depan, tidak ditemukan lagi guru-guru yang nasibnya sangat memprihatinkan. Bahkan gaji guru-guru di sekolah swasta jauh lebih kecil dari gaji seorang pengumpul barang bekas (maaf, bukan maksud menghina). Padahal beban pikiran seorang guru sangat besar di samping undang-undang yang mempersulit ruang gerak seorang guru.
Profesi guru merupakan profesi yang sangat mulia karena memanusiakan seorang manusia. Bahkan memiliki tanggung jawab moral yang sangat berat untuk menciptakan manusia yang bermoral baik. Pada hari-hari ini, manusia semakin jahat sehingga banyak pihak yang selalu mempersalahkan guru apabila murid-murid yang mereka ajari sangat tidak bermoral. Padahal, di samping ingin mendidik anak-anak bangsa mereka juga harus memikirkan kesejahteraan mereka. Apabila mereka sudah mendapatkan kesejahteraan, mereka pasti akan dapat lebih fokus lagi untuk memajukan anak didik mereka dan membuat mereka menjadi penerus bangsa yang bermoral baik.
Akhirnya, guru-guru hanya mengharapkan supaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan guru-guru terutama guru swasta. Lihat saja di negara-negara maju, seorang guru memiliki penghasilan setingkat menteri karena mereka menyadari bahwa gurulah yang menjadikan bangsa itu maju.
Dirgahayu guruku.....................
Tetaplah berjuang untuk bangsa ini sehingga mengahasilkan pemimpin-pemimpin bangsa yang memikirkan nasib para guru ke depannya.
SKRIPSIKU
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA
DI SMA SWASTA TELADAN MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
LISFER WANDI SIMANGUNSONG
NIM : 03311784
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Komponen Dasar Elektronika Di Kelas X SMA Swasta Teladan Medan” dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan tantangan, akan tetapi karena berkat dan kasih dari Tuhan Yesus Kristus, dan bantuan maupun motivasi dari orang-orang terdekat penulis, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang tercinta Ayah/ Bunda; L. Simangunsong/ S. Br. Pardosi beserta seluruh keluarga besar saya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Subakti, MT. selaku pembimbing skripsi penulis yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik UNIMED.
3. Bapak Drs. H. Manullang, ST, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED.
4. Bapak Drs. M. Silitonga, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED.
5. Bapak Drs.Baharuddin, ST., M.Pd selaku Pembimbing Akademik.
6. Bapak Drs. Maju Lumban Gaol, M.Pd selaku dosen penguji dan juga telah banyak memberi masukan pada
penulis.
7. Bapak kepala sekolah, guru, staf tata usaha serta siswa SMA Swasta Teladan Medan yang telah banyak
membantu terlaksananya penelitian dengan baik
8. Buat temanku Anjas Indria Hidayat yang telah banyak membantu penulis. Terimakasih buat waktu dan
tenagamu. Tanpa bantuanmu skripsi ini tidak akan selesai friend!
9. Buat Anche yang selalu setia memberikan dukungan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini, dan juga
Hamdani atas bukunya. Thanks banget ya!
10. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED, khususnya stambuk 2003
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan Tuhan Yesus Kristus memberkati semua yang terkait dalam penulisan skripsi ini .
Medan, Januari 2009
Penulis,
Lisfer Wandi Simangunsong
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Komponen Dasar Elektronika Di Kelas X SMA Swasta Teladan Medan” dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan tantangan, akan tetapi karena berkat dan kasih dari Tuhan Yesus Kristus, dan bantuan maupun motivasi dari orang-orang terdekat penulis, maka skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang tercinta Ayah/ Bunda; L. Simangunsong/ S. Br. Pardosi beserta seluruh keluarga besar saya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Ir. Subakti, MT. selaku pembimbing skripsi penulis yang telah banyak memberikan waktu untuk membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd selaku Dekan Fakultas Teknik UNIMED.
3. Bapak Drs. H. Manullang, ST, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED.
4. Bapak Drs. M. Silitonga, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED.
5. Bapak Drs.Baharuddin, ST., M.Pd selaku Pembimbing Akademik.
6. Bapak Drs. Maju Lumban Gaol, M.Pd selaku dosen penguji dan juga telah banyak memberi masukan pada
penulis.
7. Bapak kepala sekolah, guru, staf tata usaha serta siswa SMA Swasta Teladan Medan yang telah banyak
membantu terlaksananya penelitian dengan baik
8. Buat temanku Anjas Indria Hidayat yang telah banyak membantu penulis. Terimakasih buat waktu dan
tenagamu. Tanpa bantuanmu skripsi ini tidak akan selesai friend!
9. Buat Anche yang selalu setia memberikan dukungan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini, dan juga
Hamdani atas bukunya. Thanks banget ya!
10. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Elektro UNIMED, khususnya stambuk 2003
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan Tuhan Yesus Kristus memberkati semua yang terkait dalam penulisan skripsi ini .
Medan, Januari 2009
Penulis,
Lisfer Wandi Simangunsong
ABSTRAK
Simangunsong, Lisfer Wandi,(2008). Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Komponen Dasar
Elektronika Di SMA Swasta Teladan Medan. Skripsi, Fakultas Teknik UNIMED.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar muatan lokal elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika antara pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X bidang SMA Swasta Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Swasta Teladan Medan yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 145 orang. Teknik pengambilan sampel digunakan dengan cara random atau acak berdasarkan homogen siswa, sehingga sampel penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas dimana pembelajaran berbasis masalah pada kelas X-3 sedangkan pembelajaran konvensional pada kelas X-1, yang tiap kelas terdiri dari 36 siswa.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data dijaring dengan menggunakan tes objektif. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Liliefors pada taraf kepercayaan (α) sebesar 0,05. Pada pembelajaran berbasis masalah diperoleh Lhitung= 0,1288 dan Ltabel = 0,1477 maka diperoleh Lhitung(0,1288) < Ltabel(0,1477) pada kategori normal, dan pada pembelajaran konvensional Lhitung = 0,0875 dan Ltabel = 0,1477 maka diperoleh Lhitung(0,0875) < Ltabel(0,1477) pada kategori normal. Untuk menguji homogenitas antara pembelajaran komputer dan konvensional digunakan uji Barlett pada taraf kepercayaan (α) 0,05 diperoleh X2hitung = 0,140 dan X2tabel = 3,84, maka X2hitung(0,140) < X2tabel ( 3,84) dan disimpulkan bahwa varians sampel adalah homogen. Dengan menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan α =0,05 untuk menguji hipotesis penelitian diperoleh, thitung = 3,675 dan ttabel = 1,9967 sehingga thitung > ttabel dan diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar muatan lokal elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika antara siswa kelompok eksperimen dan kelompok konvensional.
Simangunsong, Lisfer Wandi,(2008). Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Komponen Dasar
Elektronika Di SMA Swasta Teladan Medan. Skripsi, Fakultas Teknik UNIMED.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar muatan lokal elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika antara pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional pada siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X bidang SMA Swasta Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009. Populasi penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA Swasta Teladan Medan yang terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 145 orang. Teknik pengambilan sampel digunakan dengan cara random atau acak berdasarkan homogen siswa, sehingga sampel penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas dimana pembelajaran berbasis masalah pada kelas X-3 sedangkan pembelajaran konvensional pada kelas X-1, yang tiap kelas terdiri dari 36 siswa.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Teknik pengumpulan data dijaring dengan menggunakan tes objektif. Untuk menguji normalitas data digunakan uji Liliefors pada taraf kepercayaan (α) sebesar 0,05. Pada pembelajaran berbasis masalah diperoleh Lhitung= 0,1288 dan Ltabel = 0,1477 maka diperoleh Lhitung(0,1288) < Ltabel(0,1477) pada kategori normal, dan pada pembelajaran konvensional Lhitung = 0,0875 dan Ltabel = 0,1477 maka diperoleh Lhitung(0,0875) < Ltabel(0,1477) pada kategori normal. Untuk menguji homogenitas antara pembelajaran komputer dan konvensional digunakan uji Barlett pada taraf kepercayaan (α) 0,05 diperoleh X2hitung = 0,140 dan X2tabel = 3,84, maka X2hitung(0,140) < X2tabel ( 3,84) dan disimpulkan bahwa varians sampel adalah homogen. Dengan menggunakan uji-t pada taraf kepercayaan α =0,05 untuk menguji hipotesis penelitian diperoleh, thitung = 3,675 dan ttabel = 1,9967 sehingga thitung > ttabel dan diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar muatan lokal elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika antara siswa kelompok eksperimen dan kelompok konvensional.
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ........................................................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORITIS..................................................................................... 7
A. Kerangka Teoritis ......................................................................................................................... 7
1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen Dasar
Elektronika ................................................................................................................................... 7
2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah ....................................................................................... 9
3. Hakikat Pembelajaran Konvensional ............................................................................................. 14
B. Kerangka Berpikir ......................................................................................................................... 16
C. Pengajuan Hipotesis ...................................................................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 21
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................................ 21
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................................... 21
C. Variabel Penelitian ........................................................................................................................ 22
D. Defenisi Operasional ...................................................................................................................... 22
E. Rancangan Penelitian .................................................................................................................... 23
F. Metodologi Penelitian ................................................................................................................... 24
G. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................................................... 25
H. Kontrol Terhadap Eksperimen ...................................................................................................... 25
I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................................. 27
J. Uji Coba Instrumen Penelitian ......................................................................................................... 28
K. Pengolahan Data .............................................................................................................................. 32
L. Teknik Analisis Data ....................................................................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38
A. Deskripsi Pembelajaran dan Data penelitian ................................................................................. 38
1. Deskripsi Pembelajaran Berbasis Masalah ................................................................................ 38
2. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................................................... 39
a. Hasil Belajar Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen Dasar Elektronika
Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah ....................................................................... 39
b. Hasil Belajar Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen Dasar Elektronika
Menggunakan Pembelajaran Konvensional ......................................................................... 40
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................................................................... 41
1. Normalitas Data ...................................................................................................................... 41
2. Homogenitas Varians Sampel .................................................................................................. 42
C. Pengujian hipotesis ..................................................................................................................... 43
D. Pembahasan ............................................................................................................................... 44
E. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................................. 46
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................................... 47
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 47
B. Implikasi ............................................................................................................................... 47
B. Saran ..................................................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 51
LAMPIRAN................................................................................................................................................. 52
ABSTRAK .................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................................................................... 3
C. Batasan Masalah ........................................................................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian .......................................................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORITIS..................................................................................... 7
A. Kerangka Teoritis ......................................................................................................................... 7
1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen Dasar
Elektronika ................................................................................................................................... 7
2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah ....................................................................................... 9
3. Hakikat Pembelajaran Konvensional ............................................................................................. 14
B. Kerangka Berpikir ......................................................................................................................... 16
C. Pengajuan Hipotesis ...................................................................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................................... 21
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................................................ 21
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................................... 21
C. Variabel Penelitian ........................................................................................................................ 22
D. Defenisi Operasional ...................................................................................................................... 22
E. Rancangan Penelitian .................................................................................................................... 23
F. Metodologi Penelitian ................................................................................................................... 24
G. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................................................... 25
H. Kontrol Terhadap Eksperimen ...................................................................................................... 25
I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................................................. 27
J. Uji Coba Instrumen Penelitian ......................................................................................................... 28
K. Pengolahan Data .............................................................................................................................. 32
L. Teknik Analisis Data ....................................................................................................................... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 38
A. Deskripsi Pembelajaran dan Data penelitian ................................................................................. 38
1. Deskripsi Pembelajaran Berbasis Masalah ................................................................................ 38
2. Deskripsi Data Penelitian .......................................................................................................... 39
a. Hasil Belajar Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen Dasar Elektronika
Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah ....................................................................... 39
b. Hasil Belajar Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen Dasar Elektronika
Menggunakan Pembelajaran Konvensional ......................................................................... 40
B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................................................................... 41
1. Normalitas Data ...................................................................................................................... 41
2. Homogenitas Varians Sampel .................................................................................................. 42
C. Pengujian hipotesis ..................................................................................................................... 43
D. Pembahasan ............................................................................................................................... 44
E. Keterbatasan Penelitian .............................................................................................................. 46
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................................... 47
A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 47
B. Implikasi ............................................................................................................................... 47
B. Saran ..................................................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................. 51
LAMPIRAN................................................................................................................................................. 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan persoalan pendidikan. Persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Dimana dari tahun ke tahun lulusan yang dihasilkan selalu mengalami kemunduran, hal ini dapat dilihat melalui laju angka pengangguran yang terus meningkat.
Sehingga dengan upaya peningkatan kualitas atau mutu pendidikan tersebut mampu menghasilkan sumber daya masyarakat yang berkualitas dan berkompeten dalam menghadapi berbagai perubahan dan tuntutan kebutuhan masa depan dengan mampu berpikir global dan bertindak sesuai dengan karakteristik dan potensi lokal. Dalam era globalisasi ini dunia pendidikan Indonesia dituntut untuk melahirkan lulusan yang memiliki keterampilan yang mampu berkompetisi dengan lulusan dari negara lain manakala mereka ingin memperoleh pekerjaan seperti yang diharapkan. Akan tetapi pada umumnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Majid dan Andayani (2004) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran, guru tidak terfokus pada hasil (output) yang harus dicapai tetapi sekedar memenuhi target administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Ini berarti bahwa proses pembelajaran semata-mata ditujukan pada learning to know, sedangkan learning to learn belum tersentuh dengan memadai.
Beranjak dari hal di atas, maka SMA Swasta Teladan Medan menyadari perlunya keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu pada saat mereka akan terjun ke dunia kerja. Sehingga ditetapkanlah suatu mata pelajaran untuk menambah keterampilan bagi para siswa yang belajar di sekolah tersebut yakni mata pelajaran elektronika yang termuat dalam bidang studi muatan lokal. Walaupun SMA bukanlah lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga yang terampil dalam bidang keteknikan bukan berarti mereka tidak boleh untuk menguasai keterampilan elektronika.
Hal tersebut menimbulkan sebuah permasalahan baru yakni bagaimana mengajarkan mata pelajaran tersebut pada siswa SMA sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dengan bobot mata pelajaran muatan lokal hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu. Jadi diperlukan suatu pembelajaran yang tepat sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Berhasil tidaknya pencapaian target pendidikan, banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Belajar di sekolah tidak senantiasa berhasil, tetapi seringkali ada hal-hal yang bisa mengakibatkan atau setidaknya menimbulkan kesulitan yang bisa menghambat kemajuan belajar. Kesulitan yang dihadapi siswa, diidentifikasi sebagai keadaan yang merintangi kegiatan siswa dalam mencapai suatu tujuan atau target pembelajaran.
Pembelajaran konvensional yang digunakan oleh guru menyebabkan keaktifan siswa menjadi berkurang dimana proses pembelajaran hanya berpusat pada guru. Jadi untuk meningkatkan hasil belajar elektronika harus diberikan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga materi pelajaran dapat dikuasai. Dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis masalah, guru memberikan sebuah permasalahan kemudian siswa diharapkan menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving). Jadi, dengan pembelajaran tersebut siswa akan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Yang mana hasil yang ditemukan sendiri oleh siswa akan menjadi suatu ingatan yang kuat dalam diri siswa tersebut sehingga siswa akan mampu menguasai pelajaran elektronika.
Dengan implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam mengajarkan pelajaran elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika diharapkan siswa mampu menguasai materi tersebut dengan baik. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa akan semakin aktif dalam belajar terutama dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa juga akan terbiasa menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan dari guru dan juga akan memupuk rasa percaya diri terhadap potensi yang ia miliki. Yang mana hal tersebut belum tentu dimiliki oleh siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang berkenaan dengan penelitian ini, sebagai berikut: Apakah pembelajaran yang digunakan guru selama ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik? Apakah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengenal komponen dasar elektronika? Apakah model pembelajaran yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar peserta didik? Apakah terdapat implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam menigkatkan hasil belajar siswa pada standart kompetensi mengenal komponen dasar elektronika? Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional? Usaha-usaha apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika?
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta keterbatasan penulis dalam kemampuan, waktu dan dana, maka yang menjadi batasan masalah adalah hasil belajar muatan lokal pada mengenal komponen dasar elektronika di SMA Swasta Teladan Medan serta pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional menjadi variabel bebas. Untuk itu dapat dilihat perbandingan hasil belajar mengenal komponen dasar elektronika siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009 antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam menguasai pelajaran elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen
dasar elektronika?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar elektronika pada mengenal komponen dasar elektronika dari peserta didik yang diajarkan pembelajaran
berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan pembelajaran berbasis masalah dalam menguasai pelajaran elektronika pada mengenal komponen dasar elektronika serta untuk mengetahui perbedaan hasil belajar teori mata pelajaran elektronika pada mengenal komponen dasar elektronika dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah terhadap siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Mengungkap secara empirik adanya perbedaan hasil belajar pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika antara siswa yang
diimplementasikan dengan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru yang mengajar tentang implementasi pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa.
c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMA Swasta Teladan Medan, khususnya yang mengajar bidang studi Elektronika agar
menggunakan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan oleh peneliti lain dengan melibatkan lebih lengkap komponen strategi-strategi pembelajaran yang lain untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik strategi pembelajaran berbasis masalah masih lebih unggul jika dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para peneliti pemula yang melakukan penelitian yang sejenis. Menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah, serta implementasinya terhadap hasil belajar elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen
Dasar Elektronika
Belajar merupakan proses perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan kata lain belajar merupakan perubahan tingkah laku individu. Kompetensi itu meliputi skill, pengetahuan, perilaku dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan nampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, budi pekerti. Winkel (1996) menggolongkan kemampuan kognitif, kemampuan sensorik motorik dan kemampuan dinamik afektif. Semua perubahan di bidang ini merupakan suatu hasil belajar yang mengakibatkan manusia berubah dalam hal sikap dan tingkah laku.
Dengan demikian perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotor), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dapat diketahui melalui hasil belajar yang dapat dilaksanakan dengan menyusun seperangkat tes.
Pelajaran elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika dengan indikator resistor beserta kode warnanya, jenis-jenis resistor, jenis-jenis kapasitor, jenis-jenis dioda. Maka hasil belajar elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika adalah kemampuan siswa dalam mengetahui komponen-komponen tersebut beserta karakteristiknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. Pada materi resistor diharapkan siswa mampu menguasai pembacaan nilai tahanan resistor dengan menggunakan kode warna yang terdapat pada badan resistor tersebut. Juga mampu mengenal jenis-jenis resistor beserta karakterisitiknya seperti potensiometer, resistor batu, trimmer. Mampu menentukan tahanan pengganti jika dua atau lebih resistor dihubungkan seri maupun paralel. Pada kompetensi mengenal kapasitor hasil yang diharapkan adalah siswa mampu mengetahui karakteristik dari sebuah kapasitor. Kegunaannya dalam rangkaian elektronika, membaca nilai kapasitas kapasitor tersebut dengan mengggunakan kode warna maupun dengan membaca kode angka atau huruf yang terdapat pada badan kapasitor tersebut. Juga mampu mengenal jenis-jenis dari kapasitor serta bagaimana penggunaan kapasitor tersebut pada rangkaian elektronika seperti elco (Electrolit Condensator), varco (Variable Capasitor), kapasitor kertas, kapasitor keramik, kapasitor biasa dan kapasitor mika. Pada materi dioda kompetensi yang diharapkan dari siswa adalah mampu mengenal dioda tersebut mulai dari bahan pembentuknya, karakteristik serta kegunaan dioda tersebut pada rangkaian elektronika. Mengenal jenis-jenis dari dioda seperti dioda zener, LED (Light Emitting Diode). Bagaimana mengaplikasikannya pada rangkaian elektronika serta mengetahui karakteristiknya masing-masing.
2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah
Salah satu pembelajaran yang saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah (PBM). PBM merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktifitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran (Ratnaningsih, 2003). Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah kehidupan sehari-hari. PBM ini dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman-pengalaman nyata (Ratnaningsih, 2003). Pada PBM siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya siswa dituntut untuk pula untuk belajar secara kreatif. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dalam ruang lingkup PBM, siswa berperan sebagai seorang profesional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal, siswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin ada. PBM membuat perubahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran. Menurut Depdiknas (dalam Trihadiyanti, S.Pd ; 2008), ciri utama PBM meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam PBM situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003) mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan PBM adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
PBM membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu (Depdiknas, 2003). Dalam penerapan strategi ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah walaupun guru sebenarnya sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis ( Wina Sanjaya, 2006).
Dalam PBM siswa memahami konsep suatu materi dimulai dari belajar dan bekerja pada situasi masalah (tidak terdefinisi dengan baik) atau open ended yang disajikan pada awal pembelajaran, sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi masalah yang diberikan. Dilihat dari aspek psikologis, PBM bersandarkan psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi ( Wina Sanjaya, 2006).
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka PBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada masalah. Darei masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks. PBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya (Wina Sanjaya, 2006).
Untuk mengimplementasi PBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku atau sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi disekitarnya. Pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan apabila (1) Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh. (2) Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgement secara objektif. (3) Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. (4) Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. (5) Guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (Wina Sanjaya, 2006).
Seorang ahli pendidikan berkebangsaan Anerika yang bernama John Dewey menjelaskan 6 langkah PBM yang kemudian dai namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu : (Wina Sanjaya, 2006) : (1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. (2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. (3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. (4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. (5) Pengajuan hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. (6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa untuk menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sesuai dengan tujuan PBM untuk menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara umum PBM dapat dilakukan dengan langkah-langkah (Wina Sanjaya, 2006) : (1) Menyadari masalah. (2) Merumuskan masalah. (3) Merumuskan hipotesis. (4) Mengumpulkan data. (5) Menguji hipotesis. (6) Menentukan pilihan penyelesaian.
Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah tersebut. Menurut Torrance (1976) model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Situasi masalah yang disajikan dalam pembelajaran tersebut merupakan suatu stimulus yang dapat mendorong potensi kreativitas dari siswa terutama dalam hal pemecahan masalah yang dimunculkan. Kreativitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran berbasis masalah ini bukan hanya aspek kognitifnya saja (kemampuan berfikir kreatif) tetapi juga diharapkan melalui pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat mengembangkan aspek non-kognitif dari kreatifitas yakni kepribadian kreatif dan sikap kreatif. siswa. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah : (1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. (2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal). (3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. (4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. (5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
3. Hakikat Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang sangat sering dipergunakan oleh guru secara tidak berencana maupun berencana. Siswa dalam pembelajaran konvensional dipandang sebagai yang belum mengetahui apa-apa dan hanya menerima bahan-bahan ilmu pengetahuan atau siswa sebagai penerima informasi pasif serta belajar secara individual. Dalam strategi pembelajaran konvensional guru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyampaikan materi.
Tujuan pembelajaran konvensional terbatas pada pemilik ilmu pengetahuan. Oleh karena itu orang yang banyak menguasai ilmu pengetahuan dipandang arif, pandai dan bijaksana. Hakekat mengajar menurut pembelajaran konvensional adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Dalam pembelajaran konvesional tujuan pendidikan yang utama adalah pengembangan daya intelektual anak.
Penyampaian ilmu dalam pembelajaran konvensional lebih banyak dilakukan dengan memberikan ceramah dan tugas serta menjelaskannya. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik (Sagala, 2006). Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan materi, guru dapat menggunakan alat-alat bantu berupa gambar maupun audio visual lainnya. Ceramah sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata sering membingungkan bahkan terkadang salah menafsirkan. Oleh sebab itu kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sesekali bertanya kepada guru. Ciri-ciri pengajaran konvensional antara lain:
a) Mengajar berpusat kepada bahan pelajaran
Tugas guru adalah mengajarkan semua bahan pelajaran dan kegiatan siswa hanya menghafal saja. Pengetahuan yang diajarkan kepada siswa tersusun dalam kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran yang terpisah antar satu guru dengan guru yang lain.
b) Mengajar berpusat kepada guru
Menurut konsep pengajaran konvensional yang baik dinilai dari sudut guru yaitu berdasarkan kepada apa yang dilakukan, bukan yang terjadi kepada siswa.
c) Metode mengajar adalah ceramah
Metode ceramah adalah metode yang terutama digunakan guru dalam mengajar di samping metode tanya jawab dan memberikan tugas-tugas dikerjakan siswa dirumah. Dengan metode ceramah keaktifan siswa sangat kurang, siswa tidak terdorong untuk mencari tetapi hanya menerima apa yang diberikan guru. Peranan siswa untuk turut menentukan apa yang diberikan kepadanya tidak ada, atau pun kalau ada peranan itu sangat kecil.. Dengan metode ceramah minat siswa untuk belajar tidak terdorong untuk berkembang.
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah metode ceramah paling populer di kalangan guru. Sebelum metode lain yang dipakai untuk mengajar, metode ceramah yang paling dulu digunakan. Metode ceramah tidak harus dihilangkan sama sekali, melainkan bagaimana menggunakan metode ceramah yang efektif dan efisien.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari peranan guru dalam merancang suatu pembelajaran. Oleh sebab itu, pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar.
Pembelajaran berbasis masalah akan diimplementasikan kepada peserta didik dalam pelajaran elektronika pada standart kompetensi mengenal komponen elektronika. Penerapan pembelajaran berbasis masalah ini akan menarik dan dapat mengembangkan potensi dari peserta didik. Peserta didik akan mendapat pembelajaran yang lebih nyata terutama dalam hal mengenal komponen elektronika beserta karakteristiknya walaupun ketidak tersediaan alat dan bahan dari pihak sekolah.
Metode pemecahan masalah (problem solving) yang digunakan pada pembelajaran tersebut akan melatih siswa menghadapi berbagai masalah dan menemukan solusi atas permasalahannya secara realistis. Pembelajaran ini juga diharapkan dapat mengurangi kejenuhan yang dialami peserta didik karena mereka akan belajar sesuai dengan cara mereka sendiri di dalam pengawasan guru. Mereka bebas mengeluarkan ide kreatif mereka baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran berbasis masalah, bukan hanya guru yang bertindak untuk memberikan suatu informasi tetapi peserta didik tersebut dapat bertindak sebagai guru untuk dirinya sendiri. Karena siswa dipacu untuk menemukan solusi atas masalah yang dikemukakan dengan kemampuan dan cara berpikirnya sendiri. Sementara itu model pembelajaran konvensional hanya didominasi oleh guru. Partisipasi siswa cenderung dibatasi karena di dalamnya yang terjadi adalah interaksi satu arah antara guru dan siswa. Siswa tidak bisa berpartisipasi aktif dan hanya mendengarkan apa yang diajarkan pengajar, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru.
Hasil belajar sebagai gambaran keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi. Hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa berbeda-beda. Ada yang memperoleh nilai yang tinggi, sedang dan nilai rendah sesuai dengan tingkat penguasaannya masing-masing. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa tentunya tidak terlepas dari kualitas pembelajaran yang disajikan oleh guru. Kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Dengan latar belakang rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran elektronika khususnya pada standart kompetensi mengenal komponen dasar elektronika maka diperlukan usaha untuk menumbuhkan minat siswa yang pada akhirnya akan nampak hasil belajar yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah di dalam kelas.
Pembelajaran berbasis masalah menghadapkan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna. Pada pembelajaran ini lingkungan belajarnya menekankan pada peran aktif siswa sedangkan peran guru hanya mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog serta mendukung belajar siswa. Penerapan pembelajaran berbasis masalah di sekolah diharapkan mampu membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual sebagai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan cara menerapkan metode pemecahan masalah (problem solving) terhadap materi pelajaran yaitu suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal lalu diminta pemecahannya maka siswa akan turut aktif dan tertarik dengan materi pelajaran yang didapatkan di sekolah dan ditafsirkan siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, penulis memiliki suatu asumsi bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah memberikan perbedaan hasil belajar yang lebih baik terhadap hasil belajar elektronika.
C . Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan kerangka teori serta kerangka berpikir di atas maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika terhadap siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan Tahun Ajaran 2008/2009”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini diadakan pada bulan November sampai bulan Desember 2008.
B. Populasi Dan Sampel Penelitia
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009 yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 145 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili populasi yang digunakan sebagai sumber data. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak dengan ketentuan setiap kelas mempunyai tingkat pengetahuan dasar yang sama dimana para siswa berasal dari daerah yang sama yaitu kota Medan dan belum pernah menerima pelajaran elektronika.
Setiap anggota populasi berhak menjadi sampel penelitian kelas yang dikenai penelitian ditentukan dengan cara undian. Maka didapatlah kelas X-1 sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional dan kelas X-3 sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran berbasis masalah.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang dimaksud adalah objek penelitian yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Dalam penelitian ini diterapkan variabel sebagai berikut :
1. Variabel bebas adalah pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan pada kelompok kontrol.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari peserta didik dalam standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika.
D. Defenisi Operasional
Untuk menghindari ketidak jelasan dalam penelitian, berikut dikemukakan defenisi operasional yang disesuaikan dengan variabel penelitian :
1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktifitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran, yang sudah sering digunakan oleh guru dengan penuturan lisan maupun tulisan tentang suatu bahan pelajaran yang telah ditetapkan oleh guru sebagai upaya pengembangan pengetahuan siswa.
3. Hasil belajar elektronika pada kompetensi dasar mengenal komponen elektronika adalah kemampuan siswa dalam mengetahui komponen-komponen tersebut beserta karakteristiknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan dituliskan dalam bentuk angka.
E. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah rancangan yang menggunakan pretest dan postest, dengan diagram sebagai berikut :
F. Metodologi Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Menyiapakan pre-test dan post-test yang akan diberikan kepada subjek penelitian
b. Menyiapkan satuan pelajaran sebagai materi pelajaran yang akan diberikan dalam kelompok kontrol dan eksperimen.
c. Membagi populasi penelitian dengan sistem acak menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
d. Konsultasi dengan pihak sekolah yang bersangkutan, termasuk menentukan jadwal dalam melakukan perlakuan.
2. Tahap Perlakuan
a. Pemberian pre-test kepada sampel penelitian di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Pemberian perlakuan dilakukan oleh guru bidang studi elektronika.
c. Pemberian perlakuan kepada kelompok eksperimen dengan memberikan pembelajaran berbasis masalah.
d. Pemberian perlakuan kepada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional.
3. Tahap Pengumpulan Data :
a. Pemberian post-test kepada kelompok eksperimen
b. Pemberian post-test kepada kelompok kontrol
c. Mengumpulkan hasil jawaban dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk menjaring data.
d. Mengelompokkan data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
G. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah
Perlakuan yang akan diberikan pada kelompok eksperimen adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah pada intinya menggunakan metode pemecahan masalah. Dimana sebelum pembelajaran dimulai, seorang guru mengajukan permasalahan yang berhubungan dengan materi mengenal komponen dasar elektronika. Setelah didapatkan masalah maka siswa memulai mencari jawaban dari permasalahan yang diajukan. Pada pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Sedangkan siswa mencari jawaban dari buku, diskusi dengan teman dan sumber-sumber lainnya yang dapat menjadi acuan dalam menyelesaikan masalah yang telah diajukan.
H. Kontrol Terhadap Eksperimen
Pengontrolan variabel dilakukan untuk mendapatkan rancangan eksperimen penelitian yang cukup baik dalam rangka pengujian hipotesis dan selanjutnya yang dapat digeneralisasi terhadap populasi penelitian, maka perlu diadakan pengontrolan validitas internal dan eksternal.
1. Validitas internal
Dalam memperoleh validitas internal rancangan penelitian maka dilakukan pengontrolan variabel-variabel sebagai berikut :
a) Pengontrolan kejadian khusus yaitu perlakuan dilaksanakan dalam jangka waktu relatif singkat.
b) Pengontrolan kematangan atau kejenuhan, dikontrol dengan cara melaksanakan perlakuan pada jadwal jam pelajaran sesuai roster muatan lokal dengan
waktu 2 jam pelajaran untuk tiap kali mengadakan perlakuan.
c) Pengontrolan pengaruh pemberian tes, dikontrol dengan jalan mengumpulkan kembali lembar soal dan lembar jawaban yang diharapkan pada waktu
pelaksanaan tes akhir tidak terpengaruh terhadap hasil belajar setelah perlakuan selesai dilaksanakan.
d) Pengontrolan pengaruh variabel dengan tidak mengubah instrumen penelitian yang telah diujikan.
e) Pengontrolan kehilangan subjek penelitian dengan memeriksa di daftar kehadiran peserta didik selama perlakuan dilaksanakan.
2. Validitas eksternal
Dalam memperolah validitas eksternal rancangan penelitian maka dilakukan pengontrolan variabel-variabel sebagai berikut :
a) Tidak memberi tahu kepada peserta didik bahwa mereka sedang menjadi subjek penelitian untuk menghindari hal yang tidak wajar.
b) Perlakuan diberikan dengan bantuan pengawasan dari pihak sekolah untuk menjaga suasana belajar yang kondusif.
c) Validitas Populasi
Validitas ini merupakan pengontrolan terhadap populasi dan subjek penelitian, yaitu sejauh mana populasi dan subjek penelitian tersebut dapat diharapkan memiliki akibat yang sama dengan apa yang dialami oleh sampel penelitian.
Validitas ini dikontrol dengan cara :
1. Mengambil sampel dengan karakteristik populasi yaitu dengan mengambil sampel siswa kelas X SMA Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009 yang mengikuti pelajaran elektronika
2. Menerapkan sampel secara total dengan acuan bahwa jumlah keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama sebagai subjek penelitian
3. Masing-masing kelas yaitu eksperimen dan kontrol diberi perlakuan yang berbeda
I. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes kepada masing-masing subjek penelitian. Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan bentuk penilaian, benar = skor 1, salah = skor 0 untuk masing-masing item soal.Tes ini mencakup semua materi yang diberikan selama perlakuan. Materi pembelajaran disusun berdasarkan indikator-indikator sesuai dengan kurikulum yang sedang berlaku.
J. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen bertujuan untuk mendapatkan alat ukur yang benar-benar sahih dan handal sebelum instrumen tersebut digunakan untuk menjaring ubahan yang sebenarnya. Penggunaan instrumen yang sahih dan handal dimaksudkan untuk mendapatkan data dari masing-masing ubahan yang hasilnya akurat dan kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan sesuai dengan kenyataan. Untuk uji coba instrumen penelitian ini dilaksanakan di SMA Teladan Medan kelas X.
Validitas tes
Validitas tes hasil belajar elektronika ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi point biserial yang dikemukakan oleh Arikunto (2000:252) yaitu:
rpbis = . Untuk harga t lainnya maka Ho ditolak.
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar elektronika pada kompetensi dasar mengenal komponen elektronika antara siswa yang diberikan pembelajaran
berbasis masalah dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional.
Ha : Ada perbedaan hasil belajar elektronika pada kompetensi dasar mengenal komponen elektronika antara siswa yang diberikan pembelajaran berbasis
masalah dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional.
Hipotesis statistiknya : Ho : µA = µB
Ha : µA ≠ µB
Dimana : µA = Rata-rata hasil belajar dengan pembelajaran berbasis masalah
µB = Rata-rata hasil belajar dengan pembelajaran konvensional
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan persoalan pendidikan. Persoalan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Dimana dari tahun ke tahun lulusan yang dihasilkan selalu mengalami kemunduran, hal ini dapat dilihat melalui laju angka pengangguran yang terus meningkat.
Sehingga dengan upaya peningkatan kualitas atau mutu pendidikan tersebut mampu menghasilkan sumber daya masyarakat yang berkualitas dan berkompeten dalam menghadapi berbagai perubahan dan tuntutan kebutuhan masa depan dengan mampu berpikir global dan bertindak sesuai dengan karakteristik dan potensi lokal. Dalam era globalisasi ini dunia pendidikan Indonesia dituntut untuk melahirkan lulusan yang memiliki keterampilan yang mampu berkompetisi dengan lulusan dari negara lain manakala mereka ingin memperoleh pekerjaan seperti yang diharapkan. Akan tetapi pada umumnya kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Majid dan Andayani (2004) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran, guru tidak terfokus pada hasil (output) yang harus dicapai tetapi sekedar memenuhi target administrasi sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis. Ini berarti bahwa proses pembelajaran semata-mata ditujukan pada learning to know, sedangkan learning to learn belum tersentuh dengan memadai.
Beranjak dari hal di atas, maka SMA Swasta Teladan Medan menyadari perlunya keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap individu pada saat mereka akan terjun ke dunia kerja. Sehingga ditetapkanlah suatu mata pelajaran untuk menambah keterampilan bagi para siswa yang belajar di sekolah tersebut yakni mata pelajaran elektronika yang termuat dalam bidang studi muatan lokal. Walaupun SMA bukanlah lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga yang terampil dalam bidang keteknikan bukan berarti mereka tidak boleh untuk menguasai keterampilan elektronika.
Hal tersebut menimbulkan sebuah permasalahan baru yakni bagaimana mengajarkan mata pelajaran tersebut pada siswa SMA sehingga kompetensi yang diharapkan dapat tercapai dengan bobot mata pelajaran muatan lokal hanya 2 jam pelajaran dalam seminggu. Jadi diperlukan suatu pembelajaran yang tepat sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai.
Berhasil tidaknya pencapaian target pendidikan, banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Belajar di sekolah tidak senantiasa berhasil, tetapi seringkali ada hal-hal yang bisa mengakibatkan atau setidaknya menimbulkan kesulitan yang bisa menghambat kemajuan belajar. Kesulitan yang dihadapi siswa, diidentifikasi sebagai keadaan yang merintangi kegiatan siswa dalam mencapai suatu tujuan atau target pembelajaran.
Pembelajaran konvensional yang digunakan oleh guru menyebabkan keaktifan siswa menjadi berkurang dimana proses pembelajaran hanya berpusat pada guru. Jadi untuk meningkatkan hasil belajar elektronika harus diberikan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga materi pelajaran dapat dikuasai. Dengan mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah diharapkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran berbasis masalah, guru memberikan sebuah permasalahan kemudian siswa diharapkan menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan metode pemecahan masalah (problem solving). Jadi, dengan pembelajaran tersebut siswa akan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Yang mana hasil yang ditemukan sendiri oleh siswa akan menjadi suatu ingatan yang kuat dalam diri siswa tersebut sehingga siswa akan mampu menguasai pelajaran elektronika.
Dengan implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam mengajarkan pelajaran elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika diharapkan siswa mampu menguasai materi tersebut dengan baik. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa akan semakin aktif dalam belajar terutama dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa juga akan terbiasa menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa mengharapkan bantuan dari guru dan juga akan memupuk rasa percaya diri terhadap potensi yang ia miliki. Yang mana hal tersebut belum tentu dimiliki oleh siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang berkenaan dengan penelitian ini, sebagai berikut: Apakah pembelajaran yang digunakan guru selama ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik? Apakah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mengenal komponen dasar elektronika? Apakah model pembelajaran yang berbeda akan memberi pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar peserta didik? Apakah terdapat implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam menigkatkan hasil belajar siswa pada standart kompetensi mengenal komponen dasar elektronika? Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional? Usaha-usaha apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika?
C. Batasan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta keterbatasan penulis dalam kemampuan, waktu dan dana, maka yang menjadi batasan masalah adalah hasil belajar muatan lokal pada mengenal komponen dasar elektronika di SMA Swasta Teladan Medan serta pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran konvensional menjadi variabel bebas. Untuk itu dapat dilihat perbandingan hasil belajar mengenal komponen dasar elektronika siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009 antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam menguasai pelajaran elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen
dasar elektronika?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar elektronika pada mengenal komponen dasar elektronika dari peserta didik yang diajarkan pembelajaran
berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan pembelajaran berbasis masalah dalam menguasai pelajaran elektronika pada mengenal komponen dasar elektronika serta untuk mengetahui perbedaan hasil belajar teori mata pelajaran elektronika pada mengenal komponen dasar elektronika dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah terhadap siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk :
a. Mengungkap secara empirik adanya perbedaan hasil belajar pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika antara siswa yang
diimplementasikan dengan pembelajaran berbasis masalah dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
b. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru yang mengajar tentang implementasi pembelajaran berbasis masalah terhadap hasil belajar siswa.
c. Memberikan informasi secara tidak langsung kepada guru-guru SMA Swasta Teladan Medan, khususnya yang mengajar bidang studi Elektronika agar
menggunakan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam usaha penelitian lanjutan oleh peneliti lain dengan melibatkan lebih lengkap komponen strategi-strategi pembelajaran yang lain untuk mengungkap dan membuktikan secara empirik strategi pembelajaran berbasis masalah masih lebih unggul jika dibandingkan dengan strategi pembelajaran konvensional.
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para peneliti pemula yang melakukan penelitian yang sejenis. Menambah khasanah pengetahuan khususnya tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis masalah, serta implementasinya terhadap hasil belajar elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kerangka Teoritis
1. Hasil Belajar Mata Pelajaran Elektronika Pada Standard Kompetensi Mengenal Komponen
Dasar Elektronika
Belajar merupakan proses perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dengan kata lain belajar merupakan perubahan tingkah laku individu. Kompetensi itu meliputi skill, pengetahuan, perilaku dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan nampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tertentu. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pemahaman, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, budi pekerti. Winkel (1996) menggolongkan kemampuan kognitif, kemampuan sensorik motorik dan kemampuan dinamik afektif. Semua perubahan di bidang ini merupakan suatu hasil belajar yang mengakibatkan manusia berubah dalam hal sikap dan tingkah laku.
Dengan demikian perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah, yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotor), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran dapat diketahui melalui hasil belajar yang dapat dilaksanakan dengan menyusun seperangkat tes.
Pelajaran elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika dengan indikator resistor beserta kode warnanya, jenis-jenis resistor, jenis-jenis kapasitor, jenis-jenis dioda. Maka hasil belajar elektronika pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika adalah kemampuan siswa dalam mengetahui komponen-komponen tersebut beserta karakteristiknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah tersebut. Pada materi resistor diharapkan siswa mampu menguasai pembacaan nilai tahanan resistor dengan menggunakan kode warna yang terdapat pada badan resistor tersebut. Juga mampu mengenal jenis-jenis resistor beserta karakterisitiknya seperti potensiometer, resistor batu, trimmer. Mampu menentukan tahanan pengganti jika dua atau lebih resistor dihubungkan seri maupun paralel. Pada kompetensi mengenal kapasitor hasil yang diharapkan adalah siswa mampu mengetahui karakteristik dari sebuah kapasitor. Kegunaannya dalam rangkaian elektronika, membaca nilai kapasitas kapasitor tersebut dengan mengggunakan kode warna maupun dengan membaca kode angka atau huruf yang terdapat pada badan kapasitor tersebut. Juga mampu mengenal jenis-jenis dari kapasitor serta bagaimana penggunaan kapasitor tersebut pada rangkaian elektronika seperti elco (Electrolit Condensator), varco (Variable Capasitor), kapasitor kertas, kapasitor keramik, kapasitor biasa dan kapasitor mika. Pada materi dioda kompetensi yang diharapkan dari siswa adalah mampu mengenal dioda tersebut mulai dari bahan pembentuknya, karakteristik serta kegunaan dioda tersebut pada rangkaian elektronika. Mengenal jenis-jenis dari dioda seperti dioda zener, LED (Light Emitting Diode). Bagaimana mengaplikasikannya pada rangkaian elektronika serta mengetahui karakteristiknya masing-masing.
2. Hakikat Pembelajaran Berbasis Masalah
Salah satu pembelajaran yang saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah (PBM). PBM merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktifitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran (Ratnaningsih, 2003). Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah kehidupan sehari-hari. PBM ini dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman-pengalaman nyata (Ratnaningsih, 2003). Pada PBM siswa dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu jawaban yang benar, artinya siswa dituntut untuk pula untuk belajar secara kreatif. Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dalam ruang lingkup PBM, siswa berperan sebagai seorang profesional dalam menghadapi permasalahan yang muncul, meskipun dengan sudut pandang yang tidak jelas dan informasi yang minimal, siswa tetap dituntut untuk menentukan solusi terbaik yang mungkin ada. PBM membuat perubahan dalam proses pembelajaran khususnya dalam segi peranan guru. Guru tidak hanya berdiri di depan kelas dan berperan sebagai pemandu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan memberikan langkah-langkah penyelesaian yang sudah jadi melainkan guru berkeliling kelas memfasilitasi diskusi, memberikan pertanyaan, dan membantu siswa untuk menjadi lebih sadar akan proses pembelajaran. Menurut Depdiknas (dalam Trihadiyanti, S.Pd ; 2008), ciri utama PBM meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Dalam PBM situasi atau masalah menjadi titik tolak pembelajaran untuk memahami konsep, prinsip dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah. Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003) mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan PBM adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukan dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.
PBM membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan belajarnya itu (Depdiknas, 2003). Dalam penerapan strategi ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah walaupun guru sebenarnya sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis ( Wina Sanjaya, 2006).
Dalam PBM siswa memahami konsep suatu materi dimulai dari belajar dan bekerja pada situasi masalah (tidak terdefinisi dengan baik) atau open ended yang disajikan pada awal pembelajaran, sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi masalah yang diberikan. Dilihat dari aspek psikologis, PBM bersandarkan psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi ( Wina Sanjaya, 2006).
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka PBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan pada masalah. Darei masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks. PBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya (Wina Sanjaya, 2006).
Untuk mengimplementasi PBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa diambil dari buku atau sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi disekitarnya. Pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan apabila (1) Guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh. (2) Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgement secara objektif. (3) Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. (4) Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. (5) Guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (Wina Sanjaya, 2006).
Seorang ahli pendidikan berkebangsaan Anerika yang bernama John Dewey menjelaskan 6 langkah PBM yang kemudian dai namakan metode pemecahan masalah (problem solving), yaitu : (Wina Sanjaya, 2006) : (1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan. (2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. (3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. (4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. (5) Pengajuan hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. (6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa untuk menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Sesuai dengan tujuan PBM untuk menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara umum PBM dapat dilakukan dengan langkah-langkah (Wina Sanjaya, 2006) : (1) Menyadari masalah. (2) Merumuskan masalah. (3) Merumuskan hipotesis. (4) Mengumpulkan data. (5) Menguji hipotesis. (6) Menentukan pilihan penyelesaian.
Pada intinya pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah tersebut. Menurut Torrance (1976) model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah seperti pada pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan potensi yang dimiliki oleh siswa, salah satunya adalah kreativitas siswa. Situasi masalah yang disajikan dalam pembelajaran tersebut merupakan suatu stimulus yang dapat mendorong potensi kreativitas dari siswa terutama dalam hal pemecahan masalah yang dimunculkan. Kreativitas yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran berbasis masalah ini bukan hanya aspek kognitifnya saja (kemampuan berfikir kreatif) tetapi juga diharapkan melalui pembelajaran berbasis masalah tersebut dapat mengembangkan aspek non-kognitif dari kreatifitas yakni kepribadian kreatif dan sikap kreatif. siswa. Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah : (1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. (2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal). (3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah. (4) Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya. (5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
3. Hakikat Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang sangat sering dipergunakan oleh guru secara tidak berencana maupun berencana. Siswa dalam pembelajaran konvensional dipandang sebagai yang belum mengetahui apa-apa dan hanya menerima bahan-bahan ilmu pengetahuan atau siswa sebagai penerima informasi pasif serta belajar secara individual. Dalam strategi pembelajaran konvensional guru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyampaikan materi.
Tujuan pembelajaran konvensional terbatas pada pemilik ilmu pengetahuan. Oleh karena itu orang yang banyak menguasai ilmu pengetahuan dipandang arif, pandai dan bijaksana. Hakekat mengajar menurut pembelajaran konvensional adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan guru. Dalam pembelajaran konvesional tujuan pendidikan yang utama adalah pengembangan daya intelektual anak.
Penyampaian ilmu dalam pembelajaran konvensional lebih banyak dilakukan dengan memberikan ceramah dan tugas serta menjelaskannya. Ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru kepada peserta didik (Sagala, 2006). Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan materi, guru dapat menggunakan alat-alat bantu berupa gambar maupun audio visual lainnya. Ceramah sebagai kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata sering membingungkan bahkan terkadang salah menafsirkan. Oleh sebab itu kegiatan belajar siswa kurang optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru, mencatat, dan sesekali bertanya kepada guru. Ciri-ciri pengajaran konvensional antara lain:
a) Mengajar berpusat kepada bahan pelajaran
Tugas guru adalah mengajarkan semua bahan pelajaran dan kegiatan siswa hanya menghafal saja. Pengetahuan yang diajarkan kepada siswa tersusun dalam kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran yang terpisah antar satu guru dengan guru yang lain.
b) Mengajar berpusat kepada guru
Menurut konsep pengajaran konvensional yang baik dinilai dari sudut guru yaitu berdasarkan kepada apa yang dilakukan, bukan yang terjadi kepada siswa.
c) Metode mengajar adalah ceramah
Metode ceramah adalah metode yang terutama digunakan guru dalam mengajar di samping metode tanya jawab dan memberikan tugas-tugas dikerjakan siswa dirumah. Dengan metode ceramah keaktifan siswa sangat kurang, siswa tidak terdorong untuk mencari tetapi hanya menerima apa yang diberikan guru. Peranan siswa untuk turut menentukan apa yang diberikan kepadanya tidak ada, atau pun kalau ada peranan itu sangat kecil.. Dengan metode ceramah minat siswa untuk belajar tidak terdorong untuk berkembang.
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah metode ceramah paling populer di kalangan guru. Sebelum metode lain yang dipakai untuk mengajar, metode ceramah yang paling dulu digunakan. Metode ceramah tidak harus dihilangkan sama sekali, melainkan bagaimana menggunakan metode ceramah yang efektif dan efisien.
B. Kerangka Berpikir
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Keberhasilan siswa dalam belajar tidak terlepas dari peranan guru dalam merancang suatu pembelajaran. Oleh sebab itu, pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar.
Pembelajaran berbasis masalah akan diimplementasikan kepada peserta didik dalam pelajaran elektronika pada standart kompetensi mengenal komponen elektronika. Penerapan pembelajaran berbasis masalah ini akan menarik dan dapat mengembangkan potensi dari peserta didik. Peserta didik akan mendapat pembelajaran yang lebih nyata terutama dalam hal mengenal komponen elektronika beserta karakteristiknya walaupun ketidak tersediaan alat dan bahan dari pihak sekolah.
Metode pemecahan masalah (problem solving) yang digunakan pada pembelajaran tersebut akan melatih siswa menghadapi berbagai masalah dan menemukan solusi atas permasalahannya secara realistis. Pembelajaran ini juga diharapkan dapat mengurangi kejenuhan yang dialami peserta didik karena mereka akan belajar sesuai dengan cara mereka sendiri di dalam pengawasan guru. Mereka bebas mengeluarkan ide kreatif mereka baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran berbasis masalah, bukan hanya guru yang bertindak untuk memberikan suatu informasi tetapi peserta didik tersebut dapat bertindak sebagai guru untuk dirinya sendiri. Karena siswa dipacu untuk menemukan solusi atas masalah yang dikemukakan dengan kemampuan dan cara berpikirnya sendiri. Sementara itu model pembelajaran konvensional hanya didominasi oleh guru. Partisipasi siswa cenderung dibatasi karena di dalamnya yang terjadi adalah interaksi satu arah antara guru dan siswa. Siswa tidak bisa berpartisipasi aktif dan hanya mendengarkan apa yang diajarkan pengajar, mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru.
Hasil belajar sebagai gambaran keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi. Hasil belajar yang diperoleh masing-masing siswa berbeda-beda. Ada yang memperoleh nilai yang tinggi, sedang dan nilai rendah sesuai dengan tingkat penguasaannya masing-masing. Tinggi rendahnya hasil belajar siswa tentunya tidak terlepas dari kualitas pembelajaran yang disajikan oleh guru. Kreatifitas guru dalam mengelola pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Dengan latar belakang rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran elektronika khususnya pada standart kompetensi mengenal komponen dasar elektronika maka diperlukan usaha untuk menumbuhkan minat siswa yang pada akhirnya akan nampak hasil belajar yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah di dalam kelas.
Pembelajaran berbasis masalah menghadapkan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna. Pada pembelajaran ini lingkungan belajarnya menekankan pada peran aktif siswa sedangkan peran guru hanya mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog serta mendukung belajar siswa. Penerapan pembelajaran berbasis masalah di sekolah diharapkan mampu membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual sebagai upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan cara menerapkan metode pemecahan masalah (problem solving) terhadap materi pelajaran yaitu suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-soal lalu diminta pemecahannya maka siswa akan turut aktif dan tertarik dengan materi pelajaran yang didapatkan di sekolah dan ditafsirkan siswa akan memperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena itu, penulis memiliki suatu asumsi bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah memberikan perbedaan hasil belajar yang lebih baik terhadap hasil belajar elektronika.
C . Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan kerangka teori serta kerangka berpikir di atas maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut : Terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan yang menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika terhadap siswa kelas X SMA Swasta Teladan Medan Tahun Ajaran 2008/2009”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini diadakan pada bulan November sampai bulan Desember 2008.
B. Populasi Dan Sampel Penelitia
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan siswa yang dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu seluruh siswa kelas X SMA Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009 yang terdiri dari 4 kelas sebanyak 145 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili populasi yang digunakan sebagai sumber data. Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak dengan ketentuan setiap kelas mempunyai tingkat pengetahuan dasar yang sama dimana para siswa berasal dari daerah yang sama yaitu kota Medan dan belum pernah menerima pelajaran elektronika.
Setiap anggota populasi berhak menjadi sampel penelitian kelas yang dikenai penelitian ditentukan dengan cara undian. Maka didapatlah kelas X-1 sebagai kelas kontrol yang diberikan pembelajaran konvensional dan kelas X-3 sebagai kelas eksperimen yang diberikan pembelajaran berbasis masalah.
C. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang dimaksud adalah objek penelitian yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Dalam penelitian ini diterapkan variabel sebagai berikut :
1. Variabel bebas adalah pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapkan pada kelompok kontrol.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dari peserta didik dalam standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika.
D. Defenisi Operasional
Untuk menghindari ketidak jelasan dalam penelitian, berikut dikemukakan defenisi operasional yang disesuaikan dengan variabel penelitian :
1. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktifitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran pada standard kompetensi mengenal komponen dasar elektronika sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran, yang sudah sering digunakan oleh guru dengan penuturan lisan maupun tulisan tentang suatu bahan pelajaran yang telah ditetapkan oleh guru sebagai upaya pengembangan pengetahuan siswa.
3. Hasil belajar elektronika pada kompetensi dasar mengenal komponen elektronika adalah kemampuan siswa dalam mengetahui komponen-komponen tersebut beserta karakteristiknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan dituliskan dalam bentuk angka.
E. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah rancangan yang menggunakan pretest dan postest, dengan diagram sebagai berikut :
F. Metodologi Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Tahap persiapan
a. Menyiapakan pre-test dan post-test yang akan diberikan kepada subjek penelitian
b. Menyiapkan satuan pelajaran sebagai materi pelajaran yang akan diberikan dalam kelompok kontrol dan eksperimen.
c. Membagi populasi penelitian dengan sistem acak menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
d. Konsultasi dengan pihak sekolah yang bersangkutan, termasuk menentukan jadwal dalam melakukan perlakuan.
2. Tahap Perlakuan
a. Pemberian pre-test kepada sampel penelitian di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b. Pemberian perlakuan dilakukan oleh guru bidang studi elektronika.
c. Pemberian perlakuan kepada kelompok eksperimen dengan memberikan pembelajaran berbasis masalah.
d. Pemberian perlakuan kepada kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional.
3. Tahap Pengumpulan Data :
a. Pemberian post-test kepada kelompok eksperimen
b. Pemberian post-test kepada kelompok kontrol
c. Mengumpulkan hasil jawaban dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk menjaring data.
d. Mengelompokkan data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
G. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah
Perlakuan yang akan diberikan pada kelompok eksperimen adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah pada intinya menggunakan metode pemecahan masalah. Dimana sebelum pembelajaran dimulai, seorang guru mengajukan permasalahan yang berhubungan dengan materi mengenal komponen dasar elektronika. Setelah didapatkan masalah maka siswa memulai mencari jawaban dari permasalahan yang diajukan. Pada pembelajaran ini peran guru adalah mengajukan masalah, mengajukan pertanyaan, memberikan kemudahan suasana berdialog, dan memberikan fasilitas penelitian, serta melakukan penelitian. Sedangkan siswa mencari jawaban dari buku, diskusi dengan teman dan sumber-sumber lainnya yang dapat menjadi acuan dalam menyelesaikan masalah yang telah diajukan.
H. Kontrol Terhadap Eksperimen
Pengontrolan variabel dilakukan untuk mendapatkan rancangan eksperimen penelitian yang cukup baik dalam rangka pengujian hipotesis dan selanjutnya yang dapat digeneralisasi terhadap populasi penelitian, maka perlu diadakan pengontrolan validitas internal dan eksternal.
1. Validitas internal
Dalam memperoleh validitas internal rancangan penelitian maka dilakukan pengontrolan variabel-variabel sebagai berikut :
a) Pengontrolan kejadian khusus yaitu perlakuan dilaksanakan dalam jangka waktu relatif singkat.
b) Pengontrolan kematangan atau kejenuhan, dikontrol dengan cara melaksanakan perlakuan pada jadwal jam pelajaran sesuai roster muatan lokal dengan
waktu 2 jam pelajaran untuk tiap kali mengadakan perlakuan.
c) Pengontrolan pengaruh pemberian tes, dikontrol dengan jalan mengumpulkan kembali lembar soal dan lembar jawaban yang diharapkan pada waktu
pelaksanaan tes akhir tidak terpengaruh terhadap hasil belajar setelah perlakuan selesai dilaksanakan.
d) Pengontrolan pengaruh variabel dengan tidak mengubah instrumen penelitian yang telah diujikan.
e) Pengontrolan kehilangan subjek penelitian dengan memeriksa di daftar kehadiran peserta didik selama perlakuan dilaksanakan.
2. Validitas eksternal
Dalam memperolah validitas eksternal rancangan penelitian maka dilakukan pengontrolan variabel-variabel sebagai berikut :
a) Tidak memberi tahu kepada peserta didik bahwa mereka sedang menjadi subjek penelitian untuk menghindari hal yang tidak wajar.
b) Perlakuan diberikan dengan bantuan pengawasan dari pihak sekolah untuk menjaga suasana belajar yang kondusif.
c) Validitas Populasi
Validitas ini merupakan pengontrolan terhadap populasi dan subjek penelitian, yaitu sejauh mana populasi dan subjek penelitian tersebut dapat diharapkan memiliki akibat yang sama dengan apa yang dialami oleh sampel penelitian.
Validitas ini dikontrol dengan cara :
1. Mengambil sampel dengan karakteristik populasi yaitu dengan mengambil sampel siswa kelas X SMA Teladan Medan tahun ajaran 2008/2009 yang mengikuti pelajaran elektronika
2. Menerapkan sampel secara total dengan acuan bahwa jumlah keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama sebagai subjek penelitian
3. Masing-masing kelas yaitu eksperimen dan kontrol diberi perlakuan yang berbeda
I. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes kepada masing-masing subjek penelitian. Tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan bentuk penilaian, benar = skor 1, salah = skor 0 untuk masing-masing item soal.Tes ini mencakup semua materi yang diberikan selama perlakuan. Materi pembelajaran disusun berdasarkan indikator-indikator sesuai dengan kurikulum yang sedang berlaku.
J. Uji Coba Instrumen Penelitian
Uji coba instrumen bertujuan untuk mendapatkan alat ukur yang benar-benar sahih dan handal sebelum instrumen tersebut digunakan untuk menjaring ubahan yang sebenarnya. Penggunaan instrumen yang sahih dan handal dimaksudkan untuk mendapatkan data dari masing-masing ubahan yang hasilnya akurat dan kesimpulan yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan sesuai dengan kenyataan. Untuk uji coba instrumen penelitian ini dilaksanakan di SMA Teladan Medan kelas X.
Validitas tes
Validitas tes hasil belajar elektronika ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi point biserial yang dikemukakan oleh Arikunto (2000:252) yaitu:
rpbis = . Untuk harga t lainnya maka Ho ditolak.
Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar elektronika pada kompetensi dasar mengenal komponen elektronika antara siswa yang diberikan pembelajaran
berbasis masalah dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional.
Ha : Ada perbedaan hasil belajar elektronika pada kompetensi dasar mengenal komponen elektronika antara siswa yang diberikan pembelajaran berbasis
masalah dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional.
Hipotesis statistiknya : Ho : µA = µB
Ha : µA ≠ µB
Dimana : µA = Rata-rata hasil belajar dengan pembelajaran berbasis masalah
µB = Rata-rata hasil belajar dengan pembelajaran konvensional
Pemuda Indonesia
"Hidup memang tidaklah mudah". Mungkin ini adalah ungkapan yang sangat cocok dihadapi oleh generasi muda Indonesia pada jaman sekarang. Tetapi hal tersebut bukanlah menjadi sebuah alasan buat seorang pemuda untuk menyerah pada keadaan. Seorang pemuda haruslah mampu menciptakan sebuah perubahan yang positif baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Hal inilah yang terjadi 84 tahun yang lalu tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, dimana para pemuda menciptakan sebuah perubahan yang membawa dampak besar untuk negara ini dengan lahirnya ikrar para pemuda yang dikenal dengan "SUMPAH PEMUDA".
Melihat banyaknya jiwa-jiwa muda yang hancur dalam kebinasaan akibat pergaulan yang bebas, narkoba, judi dan hal-hal negatif yang lain membuat nasib bangsa ini diambang kehancuran. Hal ini melesat jauh dari tujuan sumpah pemuda yang kita peringati setiap tahunnya. Maka menjadi tanggung jawab semua pihak untuk menciptakan pemuda-pemudi yang berkualitas untuk masa yang akan datang.
Menciptakan generasi muda yang handal dan berkualitas haruslah dimulai sejak dini. Maka, orang tualah yang memiliki peran yang sangat besar untuk mendidik mereka. Tetapi para orang tua hanya membebankan tanggung jawab mendidik anak-anak mereka kepada guru-guru mereka di sekolah. Padahal tanpa disadari oleh orang tua, waktu anak lebih banyak dihabiskan di luar jam sekolah. Sehingga peran pengawasan orang tualah yang lebih besar menentukan masa depan seorang pemuda. Dengan bangkitnya pemuda Indonesia, diharapkan negara ini akan semakin maju dan menjadi bangsa yang disegani oleh seluruh bangsa yang ada di dunia ini. Akhirnya, penulis menghimbau marilah kita bersama-sama menciptakan seorang pemuda yang berkualitas dan penuh kemauan keras untuk merubah hidup yang lebih baik dan tidak menyerah pada kenyataan.
Lisfer Wandi Simangunsong, S.Pd
Tepat 09 Juni 1984 yang lalu saya dilahirkan di kota Medan. Saya dibesarkan dalam keluarga Kristen yang taat. Menempuh pendidikan dasar di SD RK Budi Luhur pada tahun 1990. Kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Katolik Tri Sakti 2 Medan pada tahun 1996.
Lalu ke SMK Swasta Teladan Medan tahun 1999. Setelah menamatkan sekolah, melanjut ke UNIMED jurusan Pendidikan Teknik Elektro tahun 2003. Dengan doa dan perjuangan yang pantang menyerah, saya mampu menyelesaikan program studi dan meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Selesai kuliah, sekarang mengajar di salah satu sekolah swasta di kota Medan. Banyak tantangan yang saya hadapi menjadi seorang pendidik, tetapi itu smua hanyalah sebuah proses tuk mencapai dunia pendidikan yang maju di Indonesia khususnya kota Medan. Sebagai seorang guru, saya dituntut memiliki kemampuan tuk menguasai siswa di samping ilmu pengetahuan yang saya miliki. Saya harus mampu menciptakan kelas yang nyaman dan menyenangkan agar para siswa mau belajar dengan baik.
Lalu ke SMK Swasta Teladan Medan tahun 1999. Setelah menamatkan sekolah, melanjut ke UNIMED jurusan Pendidikan Teknik Elektro tahun 2003. Dengan doa dan perjuangan yang pantang menyerah, saya mampu menyelesaikan program studi dan meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Selesai kuliah, sekarang mengajar di salah satu sekolah swasta di kota Medan. Banyak tantangan yang saya hadapi menjadi seorang pendidik, tetapi itu smua hanyalah sebuah proses tuk mencapai dunia pendidikan yang maju di Indonesia khususnya kota Medan. Sebagai seorang guru, saya dituntut memiliki kemampuan tuk menguasai siswa di samping ilmu pengetahuan yang saya miliki. Saya harus mampu menciptakan kelas yang nyaman dan menyenangkan agar para siswa mau belajar dengan baik.
Kumerindukan ayah...........
:'(
Tepat tanggal 27 Oktober 2011 yang lalu, aku kehilangan sosok seorang ayah dalam hidupku. Tak terasa sudah hampir 1 tahun beliau meninggalkan diriku. Masih teringat jelas saat-saat akhir hidup beliau. Penyakit yang ia derita membuat dirinya begitu tersiksa. Mengenang hal tersebut tak terasa air mata ini mulai jatuh menetes. Apalagi aku belum sempat membuat ia bahagia dan memberikan sesuatu yang berharga untuk beliau.
Walau kutahu kalau kini jasad ayah telah menyatu dengan tanah, tapi aku smakin merindukan kehadiran beliau dalam hidupku. Ingin rasanya aku menyampaikan pada beliau kalau aku sangat mencintai beliau. Setiap aku melihat anak-anak lain bersama ayah mereka, bercanda bersama, saling berbagi membuat aku iri. Aku ingin merasakan hal yang sama seperti yang mereka rasakan.
Tuhan, kenapa aku seakan tidak rela beliau telah bahagia di sisiMU? Mungkin aku ingin membuatnya bangga karena memiliki anak sepertiku, tapi itu belum kesampaian ampe akhir hidupnya. Hal tersebut membuatku tak henti-hentinya menangis seakan menyesali smua yang telah terjadi.
Tuhan, maafkan aku atas smua kesalahan yang pernah kulakukan pada ayahku. Sampaikan padanya ya Tuhan kalau aku menyesal karna tidak bisa memenuhi smua harapannya atasku. Bantu aku ya Tuhan untuk menghadapi kehidupan ini tanpa kehadiran beliau di sisiku. Dan mampukan aku menjadi kebanggaan buat ibuku yang masih bersama denganku saat ini.
Satu pintaku ya Tuhan, berikan ibuku umur yang panjang dan berikan beliau kebehagiaan yang sejati dalam hidupnya. Berikan juga kami smua anak-anaknya kesuksesan supaya kami bisa membahagiakan ibu kami ya Tuhan. Karena kami tidak ingin menyesal lagi di kemudian hari ya Tuhan.
Akhirnya, aku sangat merindukanmu ayah......
Aku sangat mencintaimu ayah.............
Walaupun engkau tlah tiada, tapi bagiku engkau masih hidup di dalam sanubariku yang terdalam.
I love you dad, and I miss you forever.
Walau kutahu kalau kini jasad ayah telah menyatu dengan tanah, tapi aku smakin merindukan kehadiran beliau dalam hidupku. Ingin rasanya aku menyampaikan pada beliau kalau aku sangat mencintai beliau. Setiap aku melihat anak-anak lain bersama ayah mereka, bercanda bersama, saling berbagi membuat aku iri. Aku ingin merasakan hal yang sama seperti yang mereka rasakan.
Tuhan, kenapa aku seakan tidak rela beliau telah bahagia di sisiMU? Mungkin aku ingin membuatnya bangga karena memiliki anak sepertiku, tapi itu belum kesampaian ampe akhir hidupnya. Hal tersebut membuatku tak henti-hentinya menangis seakan menyesali smua yang telah terjadi.
Tuhan, maafkan aku atas smua kesalahan yang pernah kulakukan pada ayahku. Sampaikan padanya ya Tuhan kalau aku menyesal karna tidak bisa memenuhi smua harapannya atasku. Bantu aku ya Tuhan untuk menghadapi kehidupan ini tanpa kehadiran beliau di sisiku. Dan mampukan aku menjadi kebanggaan buat ibuku yang masih bersama denganku saat ini.
Satu pintaku ya Tuhan, berikan ibuku umur yang panjang dan berikan beliau kebehagiaan yang sejati dalam hidupnya. Berikan juga kami smua anak-anaknya kesuksesan supaya kami bisa membahagiakan ibu kami ya Tuhan. Karena kami tidak ingin menyesal lagi di kemudian hari ya Tuhan.
Akhirnya, aku sangat merindukanmu ayah......
Aku sangat mencintaimu ayah.............
Walaupun engkau tlah tiada, tapi bagiku engkau masih hidup di dalam sanubariku yang terdalam.
I love you dad, and I miss you forever.